Untuk menjadi kiblat universitas
Islam dunia, UIN Suska Riau harus mengedepankan independensi. Bagaimana
pimpinan, dosen, pegawai dan mahasiswa UIN Suska Riau tidak lagi fanatik
terhadap golongannya, melainkan kepada sains.
Hal itu diungkapkan Staf Ahli
Menteri Agama RI Prof Dr H Amin Abdullah MA, ketika menjadi pembicara dalam
kuliah umum bertajuk ”Membangun Tradisi Akademik PTA; Momentum UIN Menjadi
Kiblat Universitas Islam Dunia” di auditorium lantai 5, gedung Rektorat UIN
Suska Riau
Lebih lanjut, mantan rektor yang
juga guru besar UIN Yogyakarta ini mengatakan, transformasi dari IAIN menjadi
UIN tidak hanya memberikan pencerahan secara nasional, namun juga
internasional. “Hal ini dibuktikan dengan banyaknya negara-negara lain yang
tertarik dengan hal tersebut. Bahkan tidak hanya negara-negara dengan penduduk
mayoritas Islam, namun juga negara-negara Barat,” ujarnya.
Amin bercerita, baru-baru ini
seorang diplomat Australia menghubunginya, untuk hadir dan berbicara dalam
parlemen Negara Bagian Victoria tentang konsep-konsep Islam. Hal itu, setelah
ia terlibat pembicaraan dengan sang diplomat ketika sang diplomat menanyakan
apa itu syari’ah. Bukan hanya itu, sebelumnya Amin juga diminta untuk menjadi
salah satu anggota LSM dunia, setelah salah satu lembaga penelitian di Jerman
meminta rekomendasi tentang model pendidikan IAIN dan UIN.
Intinya menurut Amin, negara-negara
Barat dan juga negara-negara lainnya sangat tertarik terhadap perkembangan Islam
di Indonesia saat ini. “Salah satunya karena mereka melihat negara kita dengan
penduduk muslim terbesar saat ini,” ujarnya.
Untuk itu menurut Amin,
konsep-konsep Islam yang kita sampaikan hendaknya tidak menyudutkan orang lain.
“Namun yang lebih penting, kita sendiri pun tidak tersudut. Inilah yang harus
kita penuhi ketika ingin menjadi kiblat dunia,” ungkapnya
Namun dari kesemuanya itu, menurut
Amin, untuk menjadi kiblat dunia, UIN Suska Riau harus senantiasa ingat dengan
jati dirinya, yakni menghubungkan agama dan ilmu. ”Hal itulah yang membedakan
UIN dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi lainnya,” imbuhnya.
Secara garis besar, ada empat corak
hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan yang disampaikan Amin. Yakni
konflik, independensi, dialog dan integrasi. Dari keempat hal itu, integrasi
merupakan hal paling baik untuk kondisi saat ini. “Jika hal itu bersinergi,
maka saat itulah Islam akan mampu menjawab perubahan-perubahan dunia selama 150
tahun terakhir,” paparnya.
Perubahan-perubahan itu, lanjut
Amin, mencakup globalization, migration, scientific & technogical
revolutions, space exploration, archeological discoveries, evolution and
genetics, public education and literacy, increased understanding of the dignity
of human person, greater interfaith interaction, the emergence of
nations-states dan gender equality. “Di sinilah sebetulnya kehadiran UIN sangat
diperlukan,” ungkap Amin.
Dalam hal social cultural and
intellectual background misalnya, seperti yang terangkum dalam UNDP Annual reports
tentang Human Devolopment Index, mengatakan banyak persoalan-persoalan yang
menjadi dilema di negara-negara, dengan mayoritas muslim yang butuh kajian
Islam dalam upaya penyelesaian.
Di dalam negeri sendiri misalnya,
adanya keputusan MK baru-baru ini tentang pengakuan hak anak di luar nikah yang
hingga kini menimbulkan dilema bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebelum MK
mengeluarkan putusan, anak di luar nikah hanya bisa terkait dengan ibu dan
keluarga ibunya. Baru-baru ini MK memutuskan, pemaknaan pasal 43 ayat 1 UU
Perkawinan diperluas menjadi “anak yang dilahirkan diluar perkawinan mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki
sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan/ atau alat bukti lainnya mempunyai hubungan darah, termasuk
hubungan perdata keluarga ayahnya”.
“Ini menimbulkan dilemma di
masyarakt kita dan kehadiran UIN sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah
seperti ini,” ujar Amin.
Terakhir tentang sejauh mana peluang
UIN Suska Riau menjadi kiblat dunia, Amin mengatakan, UIN Suska Riau memiliki
peluang yang sangat besar. Di antaranya mengingat posisi UIN Suska Riau yang
sangat strategis yang berada di teras dunia. ”Tinggal sejauh mana UIN Suska
Riau bisa memposisikan diri ke depan,” ungkapnya.
Pada kuliah umum tersebut, Amin juga
membeberkan pemikiran Islam kontemporer Abdullah Saeed dan konsep Human
Devolopmen Index Jasser Auda yang bisa dijadikan barometer, sejauhmana UIN
Suska Riau mampu mengintegrasikan ilmu dan agama.
Sementara itu, Rektor UIN Suska Riau
Prof Dr HM Nazir dalam sambutannya mengatakan, prediket yang disematkan ke UIN
Suska Riau sebagai UIN terbesar di Indonesia saat ini, menjadi amat penting
dalam pencapaian cita-cita sebagai perguruan tinggi agama yang menjadi kiblat
dunia.
Andes Ghoba
Chaniago
Alumni Akuntansi UIN
SUSKA Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar