Kata Kunci

Rabu, 24 April 2013

UIN Suska Riau bisa Menjadi Kiblat Perguruan Tinggi di Dunia



Untuk menjadi kiblat universitas Islam dunia, UIN Suska Riau harus mengedepankan independensi. Bagaimana pimpinan, dosen, pegawai dan mahasiswa UIN Suska Riau tidak lagi fanatik terhadap golongannya, melainkan kepada sains.

Hal itu diungkapkan Staf Ahli Menteri Agama RI Prof Dr H Amin Abdullah MA, ketika menjadi pembicara dalam kuliah umum bertajuk ”Membangun Tradisi Akademik PTA; Momentum UIN Menjadi Kiblat Universitas Islam Dunia” di auditorium lantai 5, gedung Rektorat UIN Suska Riau

Lebih lanjut, mantan rektor yang juga guru besar UIN Yogyakarta ini mengatakan, transformasi dari IAIN menjadi UIN tidak hanya memberikan pencerahan secara nasional, namun juga internasional. “Hal ini dibuktikan dengan banyaknya negara-negara lain yang tertarik dengan hal tersebut. Bahkan tidak hanya negara-negara dengan penduduk mayoritas Islam, namun juga negara-negara Barat,” ujarnya.

Amin bercerita, baru-baru ini seorang diplomat Australia menghubunginya, untuk hadir dan berbicara dalam parlemen Negara Bagian Victoria tentang konsep-konsep Islam. Hal itu, setelah ia terlibat pembicaraan dengan sang diplomat ketika sang diplomat menanyakan apa itu syari’ah. Bukan hanya itu, sebelumnya Amin juga diminta untuk menjadi salah satu anggota LSM dunia, setelah salah satu lembaga penelitian di Jerman meminta rekomendasi tentang model pendidikan IAIN dan UIN.

Intinya menurut Amin, negara-negara Barat dan juga negara-negara lainnya sangat tertarik terhadap perkembangan Islam di Indonesia saat ini. “Salah satunya karena mereka melihat negara kita dengan penduduk muslim terbesar saat ini,” ujarnya.

Untuk itu menurut Amin, konsep-konsep Islam yang kita sampaikan hendaknya tidak menyudutkan orang lain. “Namun yang lebih penting, kita sendiri pun tidak tersudut. Inilah yang harus kita penuhi ketika ingin menjadi kiblat dunia,” ungkapnya

Namun dari kesemuanya itu, menurut Amin, untuk menjadi kiblat dunia, UIN Suska Riau harus senantiasa ingat dengan jati dirinya, yakni menghubungkan agama dan ilmu. ”Hal itulah yang membedakan UIN dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi lainnya,” imbuhnya.

Secara garis besar, ada empat corak hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan yang disampaikan Amin. Yakni konflik, independensi, dialog dan integrasi. Dari keempat hal itu, integrasi merupakan hal paling baik untuk kondisi saat ini. “Jika hal itu bersinergi, maka saat itulah Islam akan mampu menjawab perubahan-perubahan dunia selama 150 tahun terakhir,” paparnya.

Perubahan-perubahan itu, lanjut Amin, mencakup globalization, migration, scientific & technogical revolutions, space exploration, archeological discoveries, evolution and genetics, public education and literacy, increased understanding of the dignity of human person, greater interfaith interaction, the emergence of nations-states dan gender equality. “Di sinilah sebetulnya kehadiran UIN sangat diperlukan,” ungkap Amin.

Dalam hal social cultural and intellectual background misalnya, seperti yang terangkum dalam UNDP Annual reports tentang Human Devolopment Index, mengatakan banyak persoalan-persoalan yang menjadi dilema di negara-negara, dengan mayoritas muslim yang butuh kajian Islam dalam upaya penyelesaian.

Di dalam negeri sendiri misalnya, adanya keputusan MK baru-baru ini tentang pengakuan hak anak di luar nikah yang hingga kini menimbulkan dilema bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebelum MK mengeluarkan putusan, anak di luar nikah hanya bisa terkait dengan ibu dan keluarga ibunya. Baru-baru ini MK memutuskan, pemaknaan pasal 43 ayat 1 UU Perkawinan diperluas menjadi “anak yang dilahirkan diluar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/ atau alat bukti lainnya mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata keluarga ayahnya”.

“Ini menimbulkan dilemma di masyarakt kita dan kehadiran UIN sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah seperti ini,” ujar Amin.

Terakhir tentang sejauh mana peluang UIN Suska Riau menjadi kiblat dunia, Amin mengatakan, UIN Suska Riau memiliki peluang yang sangat besar. Di antaranya mengingat posisi UIN Suska Riau yang sangat strategis yang berada di teras dunia. ”Tinggal sejauh mana UIN Suska Riau bisa memposisikan diri ke depan,” ungkapnya.

Pada kuliah umum tersebut, Amin juga membeberkan pemikiran Islam kontemporer Abdullah Saeed dan konsep Human Devolopmen Index Jasser Auda yang bisa dijadikan barometer, sejauhmana UIN Suska Riau mampu mengintegrasikan ilmu dan agama.

Sementara itu, Rektor UIN Suska Riau Prof Dr HM Nazir dalam sambutannya mengatakan, prediket yang disematkan ke UIN Suska Riau sebagai UIN terbesar di Indonesia saat ini, menjadi amat penting dalam pencapaian cita-cita sebagai perguruan tinggi agama yang menjadi kiblat dunia.

Andes Ghoba Chaniago 
Alumni Akuntansi UIN SUSKA Riau


Tidak ada komentar: